Kobarkan Semangat Untuk Bangsa


Karya: Mohammad Faikar Natsir
Cakra Santoso bangun dari pejaman matanya.Mendapati dirinya di atas objek berwarna hijau.Seakan-akan sedang terbaring di atas rumput nan indah di surga.Namun khayalan itu terbawa oleh angin yang berhembus ketika seseorang meneriakinya.Mencoba menyemangatinya untuk melawan musuh dalam pertandingan.Pertandingan yang luar biasa.
Indra penglihatan lelaki tampan mulai cerah, jelas, dan terang.Sekarang dia sadar 100% bahwa dirinya berada di arena pertandingan pencak silat.Dia mulai bangkit dengan wajah kebingungan.Melihat di hadapannya sosok lelaki bermata merah menyala-nyala dan gagah perkasa.Dia dikelilingi oleh juri-juri yang lebih menyeramkan dibanding lelaki yang berada di hadapannya.
“Lohh, mengapa gue tiba-tiba ada disini, padahal kan gue......”ucapnya dalam hati,tetapi belum selesai.
Tepuk tangan penonton yang diberikan kepadanya sungguh kompak, sehingga lelaki bermata merah sangat iri kepadanya.Dia mulai menyerang Cakra, tetapi serangan yang dia lakukan tidak mengenai daerah serangan yang telah ditentukan karena lelaki tampan mampu menghindar dan menangkis serangan lelaki bermata merah.
Tangan dan kaki lelaki seram mulai melemah.Besar kemungkinan dia tidak cukup kuat untuk menyerangnya.Lelaki tampan segera menggunakan kesempatan besar tersebut dengan memukul dan menendang daerah serangan musuh.Musuh tak mampu menangkisnya.Cakra menggunakan serangan terakhirnya dengan guntingan(teknik menjatuhkan lawan dengan menjepitkan kedua tungkai pada bagian tubuh yang disahkan untuk diserang).
Akhirnya lelaki gagah jatuh akibat guntingan yang dilakukan Cakra(gagah kok kalah).Tepuk tangan penonton terdengar lebih kompak dari sebelumnya.Cakra dinyatakan menang dalam pertandingan tersebut.
 “Selamat kepada perwakilan Indonesia atas kemenangannya.Cakra Santoso, dia berhak mendapatkan...................”ucap seseorang dari speaker, tapi semua itu belum kelar karena seseorang dari dunia nyata membangunkannya.
#  #  #
Kedisiplinan dan Ketertiban
“tang tang tang tang tang, bangun bangun bangun, shubuh shubuh shubuh...”suara ustadz sambil memukul ranjang dengan rotan sakti.
Cakra bangun dari tidurnya dengan perasaan kesal terhadap rotan sakti.Mimpinya yang terpotong membuat dia ingin tidur melanjutkan mimpi itu.Tetapi dia sadar bahwa sekarang bukan waktunya untuk tidur lagi.Dia tidak diperbolehkan oleh dirinya sendiri untuk meninggalkan salah satu 7K + 1S yang dibuatnya, yaitu kedisiplinan dan ketertiban.Jika dia meninggalkan salah satunya, dia akan menyesal sebesar-besarnya.
Dia turun dari ranjang.Bangkit menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dengan air nan segar, berpakaian suci dan pergi ke mesjid untuk melaksanakan shalat Shubuh berjama’ah.Setelah selesai shalat Shubuh, Cakra menyiapkan perlengkapan sekolah mulai dari seragam, buku pelajaran umum, buku pelajaran pondok, sepatu, dan lain-lain.Dia segera mandi dan makan agar kedisiplinan dan ketertibannya terus terjaga dengan baik.
#  #  #
Cakra memilih hidupnya untuk sementara di pesantren yang bernama Pondok Pesantren Al-Kamil.Dia sudah tinggal disana sekitar 2 tahun.Dia sudah berumur 15 tahun.Sudah banyak mengenal ustadz dan ustadzah disana dan akrab dengan teman se-generasi.Dia lebih fokus belajar(umum, pondok) dan pencak silat dibanding dengan yang lainnya.Dia bercita-cita ingin menjadi Santri yang berakhlak terpuji dan berprestasi tinggi.Walau dia sudah menang dalam Kejuaraan Pencak Silat, dia takkan berhenti dan takkan pernah puas untuk terus berprestasi.Jika dia sudah dewasa, dia akan mengamalkan dan mengajarkan siswa-siswinya untuk menjadi pesilat yang tangguh, berakhlak terpuji, dan berprestasi tinggi.
#  #  #
Upacara akan segera dilaksanakan.Kegiatan ini menandakan bahwa sekarang hari Lahirnya Nabi Muhammad SAW.Hari Senin.Guru-guru dan para siswa-siswi sudah berbaris dengan rapi di lapangan upacara.Upacara dimulai.Dari laporan upacara sampai ke amanat Kepala Sekolah.
“Untuk amanat,istirahat di tempaaaaat grak”ucap pemimpin upacara dengan lantang.
Para siswa-siswi dan guru-guru melaksanakan perintah pemimpin upacara.Kepala Sekolah mulai berbicara tentang disiplin dan tertib siswa sampai dia berbicara tentang Cakra dan Hani.
“...........Untuk Cakra dan Hani.Tolong persiapkan diri kalian sendiri dengan matang, mulai dari fisik, mental, dan lain-lain.Bapak harap kalian bisa mengharumkan nama sekolah dan pondok ini serta mengharumkan nama bangsa lewat Pertandingan Pencak Silat Nasional.Tepuk tangan untuk mereka berdua!........”ucap Pak Iman lalu bertepuk tangan.
Tepuk tangan yang meriah terdengar oleh penjual cilok yang berada di luar sekolah.Cakra dan Hani sangat termotivasi untuk bisa mengharumkan nama pondok dan bangsa.Sambutan dari Kepala Sekolah selesai.Beranjak ke laporan penyelesaian upacara.Upacara telah selesai.Para siswa-siswi segera memasuki kelasnya masing-masing dengan tertib, menunggu guru yang mengajar.
Kecepatan dan Ketepatan
“Kapan kita latihan lagi?”tanya Cakra kepada Hani.
“Eeemmm, soal latihan sih gue gak tau, tapi soal pertandingan gue tau, yaituuuu 2 hari lagi.”jawab Hani dengan percaya diri.
“Eeeehhhh,gue kan nanyain soal latihan,bukan soal pertandingan.Kalo soal pertandingan gue udah tau, dasar lebah.”ucap Cakra dengan sedikit taburan kemarahan.
“Weits, jangan ngejek dong.Udah deh, kalo gitu kita tanyain aja ke Ustadz Anto. Nanyainnya habis pulang sekolah.Oke?”ucap Hani.
“Ok aja ya kan, hop hop hop hop, Ok aja ya kan......”Cakra bernyanyi sambil meninggalkannya.
Para siswa-siswi dan para guru melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar dengan baik dan lancar.Bel pulang berbunyi.Jam menunjukkan pukul 2 siang.Saat yang tepat bagi Cakra dan Hani untuk berkomunikasi dengan ustadz yang mengajarkan mereka berdua pencak silat.
Ustadz Anto melihat kedua murid terhebatnya berlari dari lantai 2.Dia yakin mereka berdua akan datang kepadanya.Dia menghitung kecepatan yang mereka tempuh dengan stopwatch yang ada di hpnya.Mereka berdua sudah sampai di hadapannya.
“Wow, cepat sekali kalian berlari.Kalian memang luaaaarrrrr biasa.”ucap Ustadz Anto sambil memperlihatkan hasil stopwatch yang ada di hpnya.
“Waah, cepat juga ya kita.”ucap Hani.
“Ya iyalah, kita kan memang cepat, tepat lagi.”ucap Cakra dengan nada sedang.
“Oh iya, kalian kesini mau nanyain soal latihan ya.”ucap pak ustadz.
“Tepat sekali......, tunggu......., kenapa ustadz tau?”ucap Cakra heran.
“Itu namanya Firasat.Mengapa? karena kalian berdua yang datang ke ustadz, berarti jelas kalian berdua sama-sama mengikuti pertandingan final pencak silat.Dan kalian tak tau jadwal latihannya.”jelas pak ustadz.
“Oohh, terus kapan kita latihannya?”tanya Hani mengingatkan pak ustadz.
“Oh iya, hampir lupa ustadz.Nanti kita latihan sore hari mengenai minum air laut se-ember.”ucap pak ustadz.
“Hah! minum air laut!”ucap muridnya kaget.
“Tenang.Ustadz bercanda kok.Nanti kita latihan mengenai Kecepatan dan Ketepatan Serangan oke!”ucap gurunya.
“Oke.”ucap Cakra dan Hani sambil mengacungkan jari jempol.
Cakra dan Hani segera memasuki asramanya masing-masing.Sementara Ustadz Anto masih duduk di kursi yang ia duduki di depan kantor.Melihat taman yang indah nan permai sambil menunggu waktu shalat ‘Ashar.
Ulat telah menjadi kepompong.Siang telah menjadi petang.Pak ustadz yang sudah berseragam pencak silat siap untuk melatih murid terhebatnya yang sudah berdiri di hadapannya.Dia mulai melatih pukulan dan tendangan mereka dengan baik agar menghasilkan pukulan dan tendangan yang cepat dan tepat.Latihan diakhiri dengan latiha fighting.Latihan selesai.Ustadz Anto memberikan amanat kepada mereka berdua.
“ Cakra, dalam pertandingan, gunakanlah teknik guntingan­ pada serangan terakhirmu dan Hani, gunakanlah sabetan pada serangan terakhirmu.Paham!”ucap Ustadz Anto dengan tegas.
“Siap paham.”ucap Cakra dan Hani dengan kompak.
Mereka berdua lari menuju asrama yang berbeda.Bersiap-siap untuk melaksanakan shalat Maghrib berjama’ah di mesjid.Dan untuk Hani, ia shalat di mushola.Setiap malam, mereka berdua selalu melaksanakan shalat Tahajud di tempat yang berbeda.Memohon agar diberikan kekuatan, kesehatan, kesempatan, dan kelancaran dalam segala urusan dunia dan akhirat.
#  #  #
Kebersihan, Kekuatan, dan Keberanian
Dua hari sudah berlalu.Cakra dan Hani beserta Ustadz Anto sudah tiba di tempat Pertandingan Pencak Silat tingkat Nasional di Jakarta.Mereka berdua segera bersiap-siap untuk bertanding.Hani mendapatkan giliran pertama,sedangkan Cakra mendapatkan giliran kedua/terakhir.
“Dengar baik-baik!Hani, sebelum kamu bertanding, pastikan kukumu pendek dan bersih.Ketika bertanding, usahakan bermain bersih, sudah berkekuatan maksimal, dan berani melawan.Cakra, kamu juga seperti itu.Pakai teknik sapuan andalan kalian pada serangan terakhir.Paham!”ucap gurunya dengan tegas.7
“Siap paham.”ucap Cakra dan Hani serempak.
Hani segera memasuki matras pertandingan.Para penonton bertepuk tangan dengan meriah.Pertandingan dimulai.Dia menyerang, menjatuhkan musuh, menangkis, dan menghindar dari serangan musuh tanpa ada satupun pelanggaran.Pertandingan Hani selesai.Pertandingan tersebut dimenangkan oleh Hani.Tepuk tangan penonton bergemuruh.Ustadz Anto dan Bapak Gubernur Jawa Barat sangat bangga atas kemenangan Hani.
Tibalah giliran Cakra.Ia segera memasuki matras pertandingan dengan percaya diri tanpa gugup.Lagi-lagi para penonton bertepuk tangan sangat meriah.Pertandingan dimulai.Ia menghindar, menangkis serangan musuh, memukul, menendang, dan menjatuhkan musuh dengan teknik sapuan andalannya.Guntingan.Ia bertarung tanpa satu bijipun pelanggaran alias bermain bersih dan lancar.Pertandingan Cakra selesai.Pertandingan tersebut dimenangkan oleh Lelaki tampan.Cakra.Tepuk tangan para penonton terdengar lebih kompak.Gurunya dan semua Pemerintah Jawa Barat sangat bangga atas ketidakkalahan Cakra.
Setelah menerima penghargaan, Cakra melihat sosok lelaki yang pernah ia temui di dalam mimpinya 2 hari yang lalu.Tetapi lelaki itu tak seseram yang ada di mimpinya.Dia melangkah bersama gurunya mendekati Ustadz Anto yang sedang duduk bersama Cakra dan Hani.

“Hai, Kami berdua dari Malaysia.Kami datang kesini untuk menantang Pesilat Indonesia macam dia,yang akan melawan muridku ini.”ucap guru silat malaysia lalu menunjuk Cakra sambil menepuk bahu muridnya.
“Apakah ini keputusan negara?”tanya Ustadz Anto.
“Ya, ini adalah keputusan negara.”jawabnya.
“Apa tantangannya?”tanyanya.
“Kau lihat muridku dengan muridmu,sama besarkan?Muridku dengan muridmu bertanding di tempat ini esok lusa.Jika muridku menang, maka seluruh perguruan silat Indonesia akan dikuasai oleh Malaysia.Dan jika muridmu yang menang, maka seluruh perguruan silat Indonesia selamat dari penguasaan Malaysia, Malaysia tidak akan menantang negaramu lagi, dan muridmu akan kuberi segala perlengkapan silat yang berkualitas.” jelasnya.
“Tunggu sebentar ya.”ucapnya.
Ustadz Anto bangkit dan melangkah menuju Bapak Presiden yang masih duduk di Kursi Khusus Presiden.Dia menjelaskan bahwa Malaysia menantang Indonesia dalam pertandingan pencak silat esok lusa, perlawanan antara Pesilat Malaysia dengan muridnya.Dia menyebutkan syarat-syarat yang dikatakan guru silat Malaysia.Tanpa berpikir, Bapak Presiden menerima tantangan dari Malaysia.Pak Anto kembali menuju tempat ia berbincang dengan guru silat Malaysia.Dia mengatakan bahwa Bapak Presiden menerima tantangannya.
Tak lama kemudian, semua orang sudah meninggalkan arena pertandingan.Mereka bertiga tidak langsung pulang ke pesantren, karena esok lusa, Cakra akan melawan sosok lelaki yang ada di mimpinya.Dia terus berlatih, keringat demi keringat yang menetes tak membuatnya berhenti berjuang untuk bangsa sampai tibalah waktunya.
Semangat !!!
Cakra beserta dua pendampingnya memasuki arena pertandingan yang telah disepakati oleh Indonesia dan Malaysia.Cakra sudah memiliki persiapan yang sangat sangat matang.Pertandingan yang luar biasa akan segera dimulai.Cakra melihat lawannya dari kejauhan seperti orang yang tak sabar ingin memukulnya.Ustadz Anto memberi pesan kepadanya.
“Cakra, kau sudah sangat matang persiapannya kan? Walau kau sudah memiliki persiapan yang matang, kau harus pantang menyerah, kobarkan semangat untuk bangsa kita, jika kau jatuh maka bangunlah, jika kau salah maka perbaikilah dengan semangat jiwamu! Ingat pesan ustadz yang kemarin.Paham?”ucap Ustadz Anto dengan penuh wibawa.
“Siap paham.”ucap Cakra.
“Semangat ya Cakra, jangan gampang menyerah yaa, ku yakin kau bisa...., ku yakin kau bisa menang..., kami selalu ada disini..., disini kami hanya untukmu...”ucap Hani sambil menyanyikan yel-yel.
Cakra segera memasuki matras pertandingan dengan penuh semangat.Pertandingan yang luar biasa dimulai.Pertandingan ini disaksikan oleh Presiden beserta wakilnya, Gubernur Jabar beserta wakilnya, Kepala sekolah, dan Mudirulma’had.Para penonton bertepuk tangan.Ada 3 babak yang akan ia hadapi.Pada babak pertama, Cakra selalu dijatuhkan oleh lawannya karena ia terlalu semangat menyerangnya sehingga ia lelah dan pingsan sebentar.Babak pertama dimenangkan oleh Pesilat Malaysia.
Cakra bangun dari pingsannya yang tak lama.Mencoba bangkit dan mengisi spirit dalam tubuhnya.Ia segera memasuki matras pertandingan untuk melanjutkan babak kedua.
Babak kedua dimulai.Dengan cerdas, Cakra memilih untuk menghindar dan menangkis serangan lawan sampai musuhnya melemah.Para penonton bertepuk tangan dengan meriah.Pesilat Malaysia mulai menyerang Cakra.Ia tak tau apa strategi lawannya.Cakra terus menghindar dan menangkis serangannya sampai lawannya melemah.Rencana dan strateginya berjalan dengan lancar.Ia terus menyerang Pesilat Malaysia yang sudah tak mampu menangkisnya.Cakra menggunakan serangan terakhirnya dengan guntingan.Pesilat Malaysia terjatuh akibat guntingan Cakra.
Belum sampai babak ketiga, Pesilat Malaysia mengangkat tangannya.Dia tidak bisa melanjutkan pertandingan luar biasa itu alias menyerah.Para penonton bertepuk tangan dengan senang akan hal tersebut.

Akhirnya Cakra dinyatakan menang dalam pertandingan.Karena pantang menyerah, ia bisa menang dalam pertandingan yang sangat besar.Ustadz Anto, Mudirulma’had, Kepala sekolah, dan juga Hani sangat bangga kepadanya.Warga Indonesia berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyelamatkan seluruh Perguruan Silat Indonesia dari penguasaan Malaysia lewat Cakra Santoso.Tak ada lagi tantangan yang berat bagi bangsa. Cakra pulang ke pesantren dengan membawa segala perlengkapan silat, membawa harum namanya, nama pesantren, nama sekolah, dan mengharumkan nama bangsa Indonesia. 

Comments

Popular posts from this blog

PERBEDAAN PANDANGAN ANTARA DEMING, JURAN, DAN CROSBY

MANAJEMEN PEMBIAYAAN

BUMI DAN LANGIT BERTASBIH